[Inspirasi By : Teh imel]
Aku terdiam di
sebuah pantai yang sepi, menikmati indahnya matahari terbenam yang ada di depan
ku. tiba-tiba seorang gadis yang tak ku kenal menghampiriku.
“Apa kamu
ingin menjadi matahari.?” Tanyanya padaku sambil memperhatikan matahari
terbenam.
“Tidak.”
Balasku.
“Kenapa?
Padahal setiap orang ingin menjadi matahari untuk pasangannya.”
“Untuk apa aku
menjadi matahari, matahari hanya bersinar selama 12 jam, setelah itu hilang,
lalu muncul lagi, lalu hilang lagi, begitu seterusnya hingga kiamat. Aku tidak
ingin seperti itu, aku ingin selalu ada untuk pasanganku.” Jawabku panjang
kali lebar.
“Lalu kamu
ingin menjadi apa untuk pasangan mu?”
“Aku hanya
ingin menjadi diri ku sendiri, yang apa adanya.” Ia tampak tersenyum.
“Nama mu
siapa?” Tanyaku.
“Temui aku
besok disini lagi.” Lalu ia pergi meninggalkanku bersama sinar mentari yang
sudah mau habis.
Aku segera
meninggalkan tempat itu dan pulang kerumah untuk beristirahat.
*
Esoknya
setelah pulang dari restoran aku segera menuju pantai kemarin untuk menemui gadis
misterius yang cantik itu.
10 menit
perjalanan akhirnya aku sampai di pantai kemarin, ku parkir motor dan turun.
Lalu aku menunggu gadis kemarin di tempat kemarin pula. Sudah 5 menit aku
menunggu tapi gadis itu tak kunjung datang.
“Di boongin
nih gue.” Ucapku ngomel sendiri.
“Namaku imel.” Tiba-tiba ia datang dari belakang ku. dia berdiri di sampingku.
“Huuh cinta.” Ucapku
ntah kepada siapa.
“Kamu lagi jatuh
cinta ya?” Tanya imel pada ku.
“Ha? Engga
kok. Engga.” Ucapku gugup.
“Memang
menyakitkan jika mencintai orang yang tidak mencintai kita, tapi lebih
menyakitkan adalah mencintai seseorang dan kita tidak pernah memiliki
keberanian untuk menyatakan cinta itu kepadanya.”
“Mencintai itu
ibarat bunga mawar, ada kala kita mencium harum mawar tersebut, ada kala pula
disaat duri mawar itu menusuk jari.” Balasku.
“Katakan
selagi ia masih ada disisimu.”
“Aku suka
kamu.” imel segera menoleh.
“Jangan
bercanda.”
“Aku hanya
berkata serius.” Jawabku.
“Tapi aku
tidak suka kamu.” Balasnya tanpa menoleh ke arah ku.
“Tapi..”
“Aku sakit,
waktu aku ga banyak buat kamu apalagi harus mikirin cinta.” Ucap imel.
“Cinta bukan
bagaimana menjadi pasangan sempurna bagi seseorang, tapi bagaimana menemukan
seseorang yang membantu menjadi dirimu sendiri.” Balasku sambil berharap.
“Kita coba
dulu.” imel tersenyum ke arah ku.
“Cinta itu
bukan di ukur seberapa lama kita bersama, tapi apakah selama kita bersama kita
selalu mengisi satu sama lain? Dan saling membuat hidup yang berkualitas.” Aku
tersenyum pada imel.
“Tapi kita
baru kenal 2 hari loh.”
“Terus kenapa?
Aku suka kamu, masa harus kenal kamu 2 tahun dulu? Biar kita coba jalani dulu.” imel tersenyum.
“Baiklah..” imel tersenyum.
“Cinta datang
dan pergi begitu saja tanpa kita ketahui.”
***
0 komentar:
Posting Komentar