“Sepertinya
bukan hantu, kakinya aja masih nyentuh tanah kok.” Ucapku dalam hati, karena
kebanyakan kalo di film-film orang yang memakai baju putih, dan duduk sendiri
di bawah pohon itu hantu.
“Mana ada
hantu secantik itu.” Pikirku lalu mendekatinya.
Sepertinya ia
sudah tau akan kehadiranku, saat jarak ku dengannya sudah hampir dekat ia menoleh
ke arah ku sambil tersenyum.
“Ahh manis
sekali senyumnya..” Pujiku dalam hati.
“Kamu siapa ?”
Tannyanya pada ku yang sedang mematung.
“Aku orang
kok, hehe.” Dia hanya tersenyum kecil lalu berpaling arah lagi ke depan
menghadap matahari terbenam yang sangat Indah.
“Aku boleh
duduk disebelah mu ?” Tanyaku pada gadis yang memiliki senyum manis itu.
“Sihlakan.”
Ucapnya, singkat jelas, padat, tajam, dan terpercaya. Aku pun berjalan ke
arahnya dan duduk disebelah gadis manis itu sambil memandang wajahnya yang
manis dengan siraman cahaya matahari yang hampir tenggelam.
“Beratus kali
aku menjumpai matahari terbenam di tiap sore, tapi semua terasa sama saja. Kali
ini aku merasakan yang bebeda, terasa sangat indah dan sangat sayang untuk di
akhiri.” Ucapku dalam hati sambil tersenyum.
“Boleh tau
namamu ?” Tanyaku.
“Panda..”
Balasnya singkat.
“Panda,
namayang indah, seperti pemiliknya. Hehe.” Aku tertawa kecil.
“Haha, bisa
aja.” Dia masih belum menoleh ke arah ku.
“Apa yang kamu tunggu ?” Tanyaku penasaran.
“Pangeran.”
“Pangeran ?”
Balasku bingung.
“Aku mau lagi
jadi pangeran mu.” Ucapku dalam hati.
“Kamu ?”
Tanyanya kembali.
“Cinta..”
Balasku singkat pula.
“Kamu sudah
menemukannya ?” Tanya Panda.
“Hmm aku rasa
sudah.” Panda menoleh ke arah ku, sekarang aku yang tidak memandang wajahnya,
melainkan menatap kosong ke depan.
“Haha..” Panda
tertawa kecil.
“Loh, kenapa ?
Kok malah ketawa. Ada yang salah ya ?” Tanyaku bingung.
“Tidak kok.”
Aku dan Panda sama-sama diam.
“Apa yang aku
pikirkan, kenapa ini ? Aku tidak mengenal Panda, tapi rasanya aku sudah sangat
dekat dengannya. Dan perasaan ini ? Apa lagi ini ? Apakah Panda cinta yang ku
cari ? Dan apakah aku pangeran yang Panda tunggu ?” Pertanyaan-pertanyaan itu
timbul di dalam benak ku, dan membuat ku menjadi bimbang disertai galau.
“Panda ?”
Panggilku.
“Iya kenapa ?”
Aku malah terdiam seribu bahasa, Panda tampak bingung.
“Aku tidak
ingin mengakhiri ini.” Ucapku pelan.
“Mengakhiri
apa ?”
“Mengakhiri
hari ini.”
“Loh kenapa ?
Semua itu pasti ada akhirnya, termasuk matahari di senja hari ini. Besok kan
kamu masih bisa bertemu matahari senja ini lagi.” Panda tersenyum, aku terdiam.
“Tapi matahari
terbenam hari ini sangat indah, sangat sayang untuk di akhiri. Sama dengan
perasaan ini, sangat sayang untuk ku mengakhirninya.” Panda menatapku sangat
dalam, begitu juga aku, menatap Panda dengan sangat dalam, seperti ada yang
ingin ku katakan padanya. Tapi apa ?
“Semua senja
terasa sama untuk ku, tapi senja hari ini sangat berbeda jika kamu ada di
sampingku.” Ucapku, Panda tampak hanya tersenyum kecil.
“Semua senja
sama. Tergantung siapa yang menikmatinya saja, dan juga tergantung mood si
penikmat.” Jelas Panda.
“Ada yang
ingin ku sampaikan.”
“Sampaikanlah
sebelum terlambat dan selagi kamu bisa.” Panda menatapku.
“Akuuu…..……”
“Brakkkkkk……….”
Aku terjatuh dari tempat tidur. Dan melihat sekelilingku, ada sebuah boneka
Panda tergeletak di lantai. Aku tersenyum dan mengambil boneka itu.
“Hanya
mimpi….”
0 komentar:
Posting Komentar