Translate

Sabtu, 03 November 2012

Hanya Mimpi

Aku berdiri di sebuah padang ilalang, aku memperhatikan sekitar ku, tapi aku tak menemukan siapaun. Aku hanya sendiri bersama bayangan ku. Aku berjalan pelan menelusuri semua sisi padang ilalang. Matahari hampir terbenam tapi aku masih mencari sesuatu yang tidak aku ketahui. Hingga di sebuah pohon aku menemukan seorang gadis memakai dress putih sedang menikmati senjan sambil duduk di atas sebuah kursi.
     “Sepertinya bukan hantu, kakinya aja masih nyentuh tanah kok.” Ucapku dalam hati, karena kebanyakan kalo di film-film orang yang memakai baju putih, dan duduk sendiri di bawah pohon itu hantu.
     “Mana ada hantu secantik itu.” Pikirku lalu mendekatinya.
     Sepertinya ia sudah tau akan kehadiranku, saat jarak ku dengannya sudah hampir dekat ia menoleh ke arah ku sambil tersenyum.
     “Ahh manis sekali senyumnya..” Pujiku dalam hati.
     “Kamu siapa ?” Tannyanya pada ku yang sedang mematung.
     “Aku orang kok, hehe.” Dia hanya tersenyum kecil lalu berpaling arah lagi ke depan menghadap matahari terbenam yang sangat Indah.
     “Aku boleh duduk disebelah mu ?” Tanyaku pada gadis yang memiliki senyum manis itu.
     “Sihlakan.” Ucapnya, singkat jelas, padat, tajam, dan terpercaya. Aku pun berjalan ke arahnya dan duduk disebelah gadis manis itu sambil memandang wajahnya yang manis dengan siraman cahaya matahari yang hampir tenggelam.
     “Beratus kali aku menjumpai matahari terbenam di tiap sore, tapi semua terasa sama saja. Kali ini aku merasakan yang bebeda, terasa sangat indah dan sangat sayang untuk di akhiri.” Ucapku dalam hati sambil tersenyum.
     “Boleh tau namamu ?” Tanyaku.
     “Panda..” Balasnya singkat.
     “Panda, namayang indah, seperti pemiliknya. Hehe.” Aku tertawa kecil.
     “Haha, bisa aja.” Dia masih belum menoleh ke arah ku.
     “Apa yang kamu tunggu ?” Tanyaku penasaran.
     “Pangeran.”
     “Pangeran ?” Balasku bingung.
     “Aku mau lagi jadi pangeran mu.” Ucapku dalam hati.
     “Kamu ?” Tanyanya kembali.
     “Cinta..” Balasku singkat pula.
     “Kamu sudah menemukannya ?”  Tanya Panda.
     “Hmm aku rasa sudah.” Panda menoleh ke arah ku, sekarang aku yang tidak memandang wajahnya, melainkan menatap kosong ke depan.
     “Haha..” Panda tertawa kecil.
     “Loh, kenapa ? Kok malah ketawa. Ada yang salah ya ?” Tanyaku bingung.
     “Tidak kok.” Aku dan Panda sama-sama diam.
     “Apa yang aku pikirkan, kenapa ini ? Aku tidak mengenal Panda, tapi rasanya aku sudah sangat dekat dengannya. Dan perasaan ini ? Apa lagi ini ? Apakah Panda cinta yang ku cari ? Dan apakah aku pangeran yang Panda tunggu ?” Pertanyaan-pertanyaan itu timbul di dalam benak ku, dan membuat ku menjadi bimbang disertai galau.
     “Panda ?” Panggilku.
     “Iya kenapa ?” Aku malah terdiam seribu bahasa, Panda tampak bingung.
     “Aku tidak ingin mengakhiri ini.” Ucapku pelan.
     “Mengakhiri apa ?”
     “Mengakhiri hari ini.”
     “Loh kenapa ? Semua itu pasti ada akhirnya, termasuk matahari di senja hari ini. Besok kan kamu masih bisa bertemu matahari senja ini lagi.” Panda tersenyum, aku terdiam.
     “Tapi matahari terbenam hari ini sangat indah, sangat sayang untuk di akhiri. Sama dengan perasaan ini, sangat sayang untuk ku mengakhirninya.” Panda menatapku sangat dalam, begitu juga aku, menatap Panda dengan sangat dalam, seperti ada yang ingin ku katakan padanya. Tapi apa ?
     “Semua senja terasa sama untuk ku, tapi senja hari ini sangat berbeda jika kamu ada di sampingku.” Ucapku, Panda tampak hanya tersenyum kecil.
     “Semua senja sama. Tergantung siapa yang menikmatinya saja, dan juga tergantung mood si penikmat.” Jelas Panda.
     “Ada yang ingin ku sampaikan.”
     “Sampaikanlah sebelum terlambat dan selagi kamu bisa.” Panda menatapku.
     “Akuuu…..……”
    “Brakkkkkk……….” Aku terjatuh dari tempat tidur. Dan melihat sekelilingku, ada sebuah boneka Panda tergeletak di lantai. Aku tersenyum dan mengambil boneka itu.
     “Hanya mimpi….”

0 komentar:

Posting Komentar